Selasa, 29 November 2011

Sebelum Pulang.

"Aku butuh kamu malam ini. Untuk menggenggam cinta dan memeluk rindu. Melenyapkan gelisah. Beberapa saat saja, Sayang. Sebelum kau pulang ke dalam pelukannya." - @27bercerita
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Rabu, 23 November 2011

Memilih Hati.

"Kamu percaya kan, Rin, aku sayang kamu?"
Suaranya yang berbisik lembut di telingaku menggoyahkan pikiran-pikiran logis yang selama ini menjadi penghuni tetap otakku. Meruntuhkan keyakinan rasional yang selama ini meyakini bahwa ia menyayangiku adalah bohong.
Tapi, ketika akhirnya ia mengucap – lagi – tentang sebongkah perasaan istimewa yang ia selipkan di hatinya yang tersisa. Siapa yang bisa mengelak? Bahkan aku, si gadis yang teguh pendirian.
Lalu, tanpa sepatah kata yang terucap. Aku malah menganggukkan kepala sebagai jawaban. Padahal, hati dan otakku sama-sama belum meyakini apapun.
Meyakini ia yang mengucap cinta – yang juga sebagai jawaban atas perasaan istimewaku untuknya – atau meyakini otak yang percaya bahwa aku hanyalah semacam halte untuknya. Nyaman untuk disinggahi sesaat saja. Lalu ditinggalkan kembali tanpa tahu kapan akan disinggahi.
Kesunyian malam yang mencekam sukses menyerbuku dengan sejuta keraguan dari pertanyaan yang menggaung di hati. Bercampur dengan hati yang sedang tulus mencintai. Tapi bahkan, aku malah sudah hanyut dalam pelukannya yang hangat. Melindungiku dari dingin malam yang kejam bagi kesehatan.
Di mana aku harus menyimpan keyakinanku?
Pada logika yang menjadi penghuni tetap selama ini. Atau ia, yang mengucap cinta tapi belum resmi mengakhiri hubungan dengan kekasihnya?
Seandainya aku bisa memiliki jawaban yang masuk akal. Sayangnya, ia tak akan kudapatkan selama cinta dan egoisme ingin memiliki masih menggebu.
Tapi sekarang aku memilih untuk memercayainya. Bahkan di saat ia belum memilih: Mengakhiri hubungannya atau meninggalkanku?

**

Lalu malam itu kembali datang dengan jawabannya.
Setelah beberapa malam lalu yang menyerbuku dengan galaunya. Memaksa aku untuk memilih keyakinan. Padahal ia tahu, orang yang mabuk asmara sepertiku – bahkan mabuk asmara karena orang yang masih terikat dengan satu hubungan yang di ambang batas – adalah… Ah, kalian tahu kan bagaimana sulitnya berpikir logis di saat hati sedang kasmaran?
Jadi, malam itu kembali datang dengan galaunya. Oh tidak, dengan pedihnya. Menghantarkan luka kepadaku yang sudah merasakan getaran kepedihan karena BBM cukup berat dengan sahabatku karena cerita tentang mantan kekasihnya. Aku sudah merasakan getaran luka, kepedihan melalui setiap kalimat yang diceritakan sahabatku itu.
Lalu kabar datang dan membuatku merasakan langsung kepedihan.

Kirana minta maaf, Rin. Dan ya… semudah ini kita baikan. Thanks!

Semudah itu, Bay?
Semudah itukah kamu memutuskan untuk tetap bersama dengan Kirana?
Oh ya, sama mudahnya seperti aku yang memercayaimu, ya?
Lalu tanpa ragu dan akan merasa sesal. Aku memilih 'move contact' pada namanya. Sekejap, nama itu hilang dari layar Blackberry. Lengkap dengan display picture, private message orang bahagia yang menyayat. Dan juga status Blackberry-nya yang kembali ke semula: K's. <3
K for Kirana, or K for Karin?
You know the answer, Rin, jawabku sangat yakin dalam hati. Bahkan kali ini tanpa ragu.
Dan, alangkah hebatnya kekuatan cinta. Bahkan bisa langsung menjejali hatiku dengan rindu ketika menyadari tak akan ada lagi nama dan foto Bayu di dalam BBM contact-ku. Kembali mengalahkan si pemikiran logis yang sudah menjadi penghuni tetap otakku.
And now, I miss seeing your name in my Blackberry recent updates, boys.*

**

*Sebuah Timeline dari @ekaotto.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Rabu, 02 November 2011

Sederhanakan Saja.

Kamu sederhana, tapi nyatanya begitu sulit untuk dipahami. Bahkan dengan logika, hal terwaras yang ada di dunia. Mengalahkan hati yang seringkali buta karena cinta.
Kamu sama seperti rangkaian segitiga dan Y. Mengartikan susunan dalam setiap transformasinya tidak bisa hanya dengan perasaan dan logika. Tapi ada irama dan ketentuan, yang ironisnya tidak pasti.
Kamu kapan saja bisa berubah. Tapi tak pernah terduga. Walau iramanya selalu sama tapi takkan pernah mampu ditebak.

Cinta kita tampak sederhana, simpel.
Nyatanya, cinta kita sulit untuk dimengerti. Saling berhubungan satu sama lain. Ada saatnya seperti rangkaian paralel dengan tegangan cinta yang sama. Sama-sama kuat walau berbeda ekspresinya.

Aku sudah tahu kita tidak pernah sederhana.
Nyatanya, aku selalu terhambat di hatimu. Dengan sekian tegangan cinta dan perhatian dan tentunya hambatan darimu dengan segala kejutekan dan ketidakpedulian yang mampu muncul sewaktu-waktu.

Jadi, bagaimana kita menyederhanakan kembali cinta yang tampak sederhana namun nyatanya sulit?

Kembalilah dalam pelukanku. Genggam tangan ini dengan seluruh kekhawatiranmu akan ketakutan aku yang akan menghilang (kembali).

Mari kita sederhanakan cinta.
Menyelaraskan tegangan cinta ini bersama.

031111 , 00:28 AM @my room.
*efek kebanyakan lihat soal elektronika industri.
Dan skip saja beberapa hal yang kalau ternyata gak sinkron sama aslinya. Maapkeun, nulisnya sambil merem*

Powered by Telkomsel BlackBerry®