Sabtu, 24 Desember 2011

[REVIEW] Manusia Setengah Salmon - Raditya Dika

Siang-siang, gue dapet mention dari temen gue yang seorang pembaca Raditya Dika, Ratih Febrina alias Dira. Lengkap dengan twitpic-nya bersama Manusia Setengah Salmon. Dan langsung aja gue iri berat. Karena gue yang pre order dari 2 minggu lalu belum megang. I envy you, Dira!

Tapi kemudian keirian itu hilang ketika sore-sore datang paket buat gue yang ternyata dari Buka Buku. Tempat di mana gue pre order MSS (dan emang karena BukaBuku adalah tokbuk online langganan gue). Akhirnya, keirian gue lengkap dengan rencana 'mamer' balik ke Dira. Karena MSS gue lengkap dengan ttd Raditya Dika-nya *narihulahup*

And yes, I'm waiting for this book too much. Karena gue kangen dengan tulisan penuh drama dibalut dengan komedi yang nggak akan bisa bikin lo berhenti ngakak. Tapi lengkap dengan filosofi yang akan membuat lo berhenti sejenak, tercenung, lalu bergumam, "Iya yah…" "Hem… bener banget.", dsb.

Itulah yang gue dapet semenjak baca MMJ.
Bacaan gue dari dulu adalah novel-novel drama semacam teenlit, metropop. Jadi, ketika dulu Kambing Jantan keluar dengan komedinya yang berasal dari blog. Gue nggak begitu heboh dan ngebet pengen beli (tapi tetep baca hasil minjem :p )sekalipun digemborin sama temen-temen. Tapi, begitu baca MMJ. Gue langsung berjanji dalam hati, akan beli buku bang Dika selanjutnya!

MMJ dan MSS sama-sama novel komedi bang Dika yang penuh filosofi manis ataupun ngiris tangan saking bikin galaunya tentang cinta. Bedanya MMJ itu tentang orang yang jatuh cinta. Sedangkan MSS tentang kebalikannya, patah hati dan pindah.

Yang paling nggak gue sangka adalah ternyata cerita tentang 'Pindah' yang dulu pernah gue baca pertama kalo di sebuah web dimasukin ke MSS. Tentunya dengan perubahan sana-sini yang membuat cerita 'Pindah' ini lebih baru dan menarik. Dihadirkan dalam chapter yang berbeda, yaitu 'Sekeping Hati di Dalam Kardus Cokelat' dan 'Mencari Rumah Sempurna'.
Membaca Sekeping Hati di Dalam Kardus Cokelat selalu (karena dulu gue pernah baca versi 'Pindah'-nya) membuat hati ikut mewek sekalipun lo lagi bahagia bahagia aja. Seolah-olah ikut patah hati sama bang Dika yang abis diputusin ceweknya.

Terutama pas adegan Leonardi di Caprio bilang ke Kate Winslet, 'You jump, I jump'. Pada saat adegan itu, mungkin gue bakal menjerit, 'Kenapa kamu gak jump juga kayak Leonardo, Sayang? Kenapa kamu malah jump sendirian?' (halaman 26)

Mungkin itu masalahnya, pikir gue. Seperti rumah ini yang menjadi terlalu sempit buat keluarga kami, gue juga menjadi terlalu sempit buat dia. Dan, ketika sesuatu sudah mulai sempit dan tidak nyaman, saat itulah seseorang harus pindah ke tempat yang lebih luas dan (dirasa) cocok untuk dirinya. Rumah ini tidak salah, gue dan dia juga tidak salah. Yang kurang tepat itu bila dua hal yang dirasa sudah tidak lagi saling menyamankan tetap dipertahankan untuk bersama. (halaman 29)

Tapi tenang, Raditya Dika adalah Raditya Dika. Jadi lo nggak akan sepenuhnya 'galau' dengan baca MSS. Porsi ketawa ngakak lo pasti akan lebih banyak dibanding dengan 'ikutan mewek' karena kalimat filosofi tentang cinta dari bang Dika.

Bahkan, baca 'Prakata'-nya aja udah bikin gue ketawa ngakak plus jadi langsung ngebayangin Edgar yang (emang jadi) cakep (♥͡⌣♥͡)

Ada cerita konyol bang Dika di 'Kasih Ibu Sepanjang Belanda' karena kenalan dan berteman baik dengan temannya selama ngikutin summer course di Belanda selama dua minggu. Di mana nama temen itu adalah… 'Perek'. Yes, Perek. Dan dia adalah mahasiswa dari Praha. (Gue nggak tahu gimana cara nyebutin namanya yang bener. Tapi sumpah, ngebayangin artinya di sini – Indonesia –tapi malah dijadiin nama untuk orang Praha itu bikin ngakak. Jadi wondering artinya apa ya?)

Dan di 'Tarian Musim Kawin', ada Trisna yang ngebet pengen punya pacar karena nggak mau jadi jomblo perak ( belum pernah pacaran sampe umur 25 tahun ). Lalu kenalan sama cowok via twitter yang charming. Yang sangat Trisna inginkan tapi ternyata nggak jadi juga. Entah karema apa.
Ditutup dengan twit Trisna yang berasal dari quote Mick Jagger yang berbunyi, "You can't always get what you what, but if you try, sometimes you just might find you get what you need."

Juga ada 'Bakar Saja Keteknya' dan 'Pesan Moral dari Sepiring Makanan'. Tulisan yang sumpah bikin ngakak tapi terselip rapih filosofi dan pesan manis dari cerita-cerita konyol nan bikin ngakak itu.

Dan, kalau MMJ ditutup oleh 'Marmut Merah Jambu' dengan filosofi manis Marmut untuk orang yang jatuh cinta. Maka, MSS ditutup oleh 'Manusia Setengah Salmon' dengan filosofi… (apa ya tepatnya? Galau? Wise? Atau apa?) tentang orang-orang yang ber-pindah. Entah tumbuh dewasa, berubah peran dari yang cuma 'anak biasa' jadi 'orang tua', atau mungkin ber-pindah hati.

Jadi, kalau kamu pembaca Raditya Dika dan belum beli atau bahan baca MSS tentu aja rugi!
Silahkan beli di toko buku terdekat dengan harga 42000 rupiah untuk 258 halaman. Atau pesan di toko buku online untuk dapetin diskon 15% ;)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jumat, 16 Desember 2011

[REVIEW] Stila-Aria. 1 "Sahabat Laut"


Ini adalah cerita tentang Aria Syadiran,
Tentang masa remaja yang seringkali membingungkan, nggak menentu, nggak sreg, namun ‘gila' fun -nya, serta penuh haru sedihnya. Rasa pertama akan cinta pertama, rasa pertama akan benci dan kangen yang—anehnya—datang bersamaan dan terasa saling bertubrukan. Serta rasa penasaran dalam menentukan: “Apakah dia sahabat saya, atau lebih dari itu?”

Dan teman-teman di SMP Pelita Bangsa.
Aria
yang punya sudut pandang unik dalam melihat sesuatu, namun juga ‘pedas' dan sangat peduli lingkungan adalah magnet bagi sekolah barunya. Bagi Jamie, si peranakan Indonesia-Australia yang merasa punya cap ganteng di jidatnya sehingga senang melecehkan sesuatu. Musa, yang sering krisis identitas karena ‘keberatan nama' dan bosan jadi bayang-bayang Jamie sejak TK. Ayumi, si kapten cheerleader yang menganggap jadi cantik dan populer adalah segala-galanya. Kui, yang risih dengan tubuh gemuknya dan berharap bisa skinny kayak Ayumi.Didun, yang berusaha keras melebur dengan Jakarta walau sering homesick ama Kebumen. Serta Izar, si misterius yang benci ketidakadilan—namun sangat mengerti akan masa lalu Aria.


Stila Aria.1–Sahabat Laut diterbitkan oleh Terrant Books pada 2007. Sayangnya, serial kedua dari cerita Stila-Aria ini sangat lama terbitnya. Dan dari akun @sittakarina dikabarkan bahwa serial kedua dari cerita ini akan terbit pada awal 2012, tepatnya bulan Januari. Jadi ya, kita yang membaca Stila-Aria.1 di tahun 2007-2008 (seperti gue) sangat lama menunggu kelanjutan kisahnya, 4-5 tahun L

Semoga aja nggak mundur lagi tanggal terbitnya ya. Karena, gue sungguh sangat menunggu lanjutan kisah ini!

Dan, karena info dari @sittakarina tersebut. Di mana kemarin (17 Desember 2011), Sitta Karina kembali twitpic cover Stila-Aria.2 ‘Kincir-kincir Hati’.


Gue jadi kepikiran lagi sama buku ini dan teringat (kayaknya) belum pernah review novel ini. Jadi, inilah review gue J

Why do I love Stila Aria?

Alasan utama adalah karena karakterisasi di Stila Aria ini kuat. Ada Aria yang idealis dan canggung sama bangsa dan bahkan keluarganya sendiri. Karena malah besar di Amerika, bukan Indonesia. Dan tinggal dengan bibinya, buka keluarga aslinya ( orang tua dan adik).

Lalu ada Jamie yang 'nyadar' dirinya keren abis karena keturunan Indo dan dari keluarga berada. Tapi baik sama temen-temen deketnya, walau terkadang 'sok' abis sama orang-orang baru. Ada Musa, yang nggak PD dengan namanya sendiri: ‘Musa’ yang berasal dari salah satu nabi karena kelakuannya nggak ada mirip-miripnya sama nabi (menurut dia). Dan bisa jadi ‘charming’ sama Aria. Ya, karena Musa ini ada chemistry dan ketertarikan sendiri sama Aria yang malah nggak berpikir tentang percintaan.

Tokoh lain yang oke itu, Didun. Anak baru dari ‘kampung’ yang malah menyimpan sejuta rahasia keren dalam dirinya. Pinter, nggak usaha ditanya karena dia anak beasiswa. Tapi jago renang? Nggak pernah ada yang nyangka. Karena bahkan Didun jago renang karena sering renang langsung di pantai yang deket rumahnya.

Dan sederet tokoh lainnya yang menakjubkan dalam dunia remaja.

Selain itu, konflik yang ada di dalam Stila Aria emang ‘remaja’ banget.

Permasalahan cinta Aria sama Nanda, senior dan ketua OSIS yang ngedeketin Aria ‘cuma’ karena ngelihat Aria sebagai ‘aset’ yang berharga untuk OSIS. Tapi malah jatuh cinta dan deket sama adiknya Aria, Alissja yang menderita penyakit. Gimana kesel-nya Aria karena itu. Dan yang selanjutnya mempengaruhi keputusan Aria atas tawaran Nanda untuk gabung sama OSIS.

Yang paling utama sih, persahabatan Aria-Jamie-Musa yang oke banget. Mereka sama-sama mengerti dengan batasan privacy masing-masing, kalau-kalau aja emang ada sesuatu yang menjadi rahasia sekali. Contohnya, Aria yang nggak cerita tentang siapa itu Adam. Sampe akhirnya muncul Izar. Dan menguaklah cerita cinta Aria di masa lalu.

Konflik yang paling nggak bisa gue lupain sih karena ‘ngena’ banget, konfliknya Aria sama keluarganya. Ketika kamar Aria dan Alissja direnovasi dengan tujuan: mempersempit kamar Aria dan memperluas kamar Alissja. Permasalahan yang Aria rasa, bukan masalah ‘mempersempit dan memperluasnya’. Tapi, karena Aria nggak pernah ditanya bahkan diberit tahu tentang masalah renovasi ini. Aria nggak pernah ditanya, “Apakah Aria keberatan dengan rencana Ibu?” oleh salah satu anggota keluarganya. Dan gimana Aria ngerasa kesel karena nggak merasa dianggap kehadirannya di keluarga itu.

Untuk pecinta teenlit ataupun pembaca Sitta Karina. Stila-Aria adalah buku yang harus lo baca! Sama sekali nggak kalah keren dari kisah Hanafiah kok. Karena Stila-Aria seperti menghadirkan kembali nuansa remaja ABG.

*Sneak Preview Stila-Aria.2 bisa dibaca di sini ;)

Kamis, 15 Desember 2011

I will

Beberapa kali, gue mengalami kejadian nggak seru karena ekspektasi atau gregetan yang berlebih.

Sebut saja ketika beberapa buku baru terbit dari penulis favorit gue atau film yang ditulis oleh scriptwriter favorit gue. Dan gue sudah terlalu ‘excited’ untuk baca atau nonton. Tapi nggak jadi-jadi *glek*

Katakanlah satu kali, ketika ekspektasi gue melampaui batas karena membaca sinopsis yang keren. Dan ternyata, setelah gue baca – well, I’m sorry to say, bukunya ternyata nggak seseru sinopsisnya.

Adapun ketika excited gue udah melampaui batas. Ketika gue belum juga beli novel atau sempet nonton filmnya. Tapi udah kebanyakan dapet review bagus sana-sini dari TL twitter dan hasil blog-walking. Keseruan dan rasa greget gue udah lenyap. Padahal film dan novelnya bener-bener bagus.

Hal ini, sangat gue inget, terjadi pada Madre dan Sang Penari.

Gue nggak bilang novel dan film itu jelek. Sangat gue akuin bagus. Tapi ya itu, dalam benak gue ‘wah, emang bagus ya.’ Dan udah nggak ada hasrat lagi untuk membahas atau ngerekomin karya tersebut ke temen-temen. Karena ya mungkin, gue udah terlalu berkoar-koar sebelumnya – sebelum gue baca atau nonton filmnya sendiri.

Rasa gregetannya udah hilang karena kelamaan ‘nunggu’ untuk beli dan baca novelnya atau nonton filmnya. Rasa gregetan, harunya udah abis ketika gue kebanyakan baca review bagus sana-sini dari orang-orang di dunia maya.

Sekali lagi gue seolah belajar dan diingatkan. Nggak boleh mempunyai ekspektasi terlalu tinggi. Juga keinginan atau hasrat untuk ‘memiliki’ yang melampaui batas. Karena kalo nggak dapet atau nggak sesuai harapan, lo pasti kecewa. Atau, kalo keinginan dan hasrat lo melampaui batas. Ketika lo mendapatkannya walau dengan susah payah, rasanya malah jadi hambar. Gitu aja. Nggak ada kebahagiaan yang berkepanjangan.

Jadi, untuk kedua orang spesial yang udah memberikan gue inspirasi dan semangat luar biasa selama ini. I’ll let you go. Tepatnya, membiarkan kalian pergi dari ‘wish list’ hidup gue *nyengir*

Karena gue sadar, ekspektasi gue selama ini udah melampaui batas. Begitu pun dengan keinginan gue untuk mendapatkan hati kalian.

Karena gue bisa menebak, kalaupun suatu hari semua harapan gue jadi nyata. Gue mungkin malah akan kecewa, atau nggak se-bahagia perkiraan gue.

Alasan yang konyol mungkin. Karena gue menerapkan satu teori kecil yang gue alamin untuk urusan hati.

Tapi untuk kalian, silahkan, jika kalian ingin pergi, pergi-lah J

Selasa, 29 November 2011

Sebelum Pulang.

"Aku butuh kamu malam ini. Untuk menggenggam cinta dan memeluk rindu. Melenyapkan gelisah. Beberapa saat saja, Sayang. Sebelum kau pulang ke dalam pelukannya." - @27bercerita
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Rabu, 23 November 2011

Memilih Hati.

"Kamu percaya kan, Rin, aku sayang kamu?"
Suaranya yang berbisik lembut di telingaku menggoyahkan pikiran-pikiran logis yang selama ini menjadi penghuni tetap otakku. Meruntuhkan keyakinan rasional yang selama ini meyakini bahwa ia menyayangiku adalah bohong.
Tapi, ketika akhirnya ia mengucap – lagi – tentang sebongkah perasaan istimewa yang ia selipkan di hatinya yang tersisa. Siapa yang bisa mengelak? Bahkan aku, si gadis yang teguh pendirian.
Lalu, tanpa sepatah kata yang terucap. Aku malah menganggukkan kepala sebagai jawaban. Padahal, hati dan otakku sama-sama belum meyakini apapun.
Meyakini ia yang mengucap cinta – yang juga sebagai jawaban atas perasaan istimewaku untuknya – atau meyakini otak yang percaya bahwa aku hanyalah semacam halte untuknya. Nyaman untuk disinggahi sesaat saja. Lalu ditinggalkan kembali tanpa tahu kapan akan disinggahi.
Kesunyian malam yang mencekam sukses menyerbuku dengan sejuta keraguan dari pertanyaan yang menggaung di hati. Bercampur dengan hati yang sedang tulus mencintai. Tapi bahkan, aku malah sudah hanyut dalam pelukannya yang hangat. Melindungiku dari dingin malam yang kejam bagi kesehatan.
Di mana aku harus menyimpan keyakinanku?
Pada logika yang menjadi penghuni tetap selama ini. Atau ia, yang mengucap cinta tapi belum resmi mengakhiri hubungan dengan kekasihnya?
Seandainya aku bisa memiliki jawaban yang masuk akal. Sayangnya, ia tak akan kudapatkan selama cinta dan egoisme ingin memiliki masih menggebu.
Tapi sekarang aku memilih untuk memercayainya. Bahkan di saat ia belum memilih: Mengakhiri hubungannya atau meninggalkanku?

**

Lalu malam itu kembali datang dengan jawabannya.
Setelah beberapa malam lalu yang menyerbuku dengan galaunya. Memaksa aku untuk memilih keyakinan. Padahal ia tahu, orang yang mabuk asmara sepertiku – bahkan mabuk asmara karena orang yang masih terikat dengan satu hubungan yang di ambang batas – adalah… Ah, kalian tahu kan bagaimana sulitnya berpikir logis di saat hati sedang kasmaran?
Jadi, malam itu kembali datang dengan galaunya. Oh tidak, dengan pedihnya. Menghantarkan luka kepadaku yang sudah merasakan getaran kepedihan karena BBM cukup berat dengan sahabatku karena cerita tentang mantan kekasihnya. Aku sudah merasakan getaran luka, kepedihan melalui setiap kalimat yang diceritakan sahabatku itu.
Lalu kabar datang dan membuatku merasakan langsung kepedihan.

Kirana minta maaf, Rin. Dan ya… semudah ini kita baikan. Thanks!

Semudah itu, Bay?
Semudah itukah kamu memutuskan untuk tetap bersama dengan Kirana?
Oh ya, sama mudahnya seperti aku yang memercayaimu, ya?
Lalu tanpa ragu dan akan merasa sesal. Aku memilih 'move contact' pada namanya. Sekejap, nama itu hilang dari layar Blackberry. Lengkap dengan display picture, private message orang bahagia yang menyayat. Dan juga status Blackberry-nya yang kembali ke semula: K's. <3
K for Kirana, or K for Karin?
You know the answer, Rin, jawabku sangat yakin dalam hati. Bahkan kali ini tanpa ragu.
Dan, alangkah hebatnya kekuatan cinta. Bahkan bisa langsung menjejali hatiku dengan rindu ketika menyadari tak akan ada lagi nama dan foto Bayu di dalam BBM contact-ku. Kembali mengalahkan si pemikiran logis yang sudah menjadi penghuni tetap otakku.
And now, I miss seeing your name in my Blackberry recent updates, boys.*

**

*Sebuah Timeline dari @ekaotto.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Rabu, 02 November 2011

Sederhanakan Saja.

Kamu sederhana, tapi nyatanya begitu sulit untuk dipahami. Bahkan dengan logika, hal terwaras yang ada di dunia. Mengalahkan hati yang seringkali buta karena cinta.
Kamu sama seperti rangkaian segitiga dan Y. Mengartikan susunan dalam setiap transformasinya tidak bisa hanya dengan perasaan dan logika. Tapi ada irama dan ketentuan, yang ironisnya tidak pasti.
Kamu kapan saja bisa berubah. Tapi tak pernah terduga. Walau iramanya selalu sama tapi takkan pernah mampu ditebak.

Cinta kita tampak sederhana, simpel.
Nyatanya, cinta kita sulit untuk dimengerti. Saling berhubungan satu sama lain. Ada saatnya seperti rangkaian paralel dengan tegangan cinta yang sama. Sama-sama kuat walau berbeda ekspresinya.

Aku sudah tahu kita tidak pernah sederhana.
Nyatanya, aku selalu terhambat di hatimu. Dengan sekian tegangan cinta dan perhatian dan tentunya hambatan darimu dengan segala kejutekan dan ketidakpedulian yang mampu muncul sewaktu-waktu.

Jadi, bagaimana kita menyederhanakan kembali cinta yang tampak sederhana namun nyatanya sulit?

Kembalilah dalam pelukanku. Genggam tangan ini dengan seluruh kekhawatiranmu akan ketakutan aku yang akan menghilang (kembali).

Mari kita sederhanakan cinta.
Menyelaraskan tegangan cinta ini bersama.

031111 , 00:28 AM @my room.
*efek kebanyakan lihat soal elektronika industri.
Dan skip saja beberapa hal yang kalau ternyata gak sinkron sama aslinya. Maapkeun, nulisnya sambil merem*

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sabtu, 29 Oktober 2011

Mimpi Berbicara

Kita tidak pernah berpisah jauh. Berada dalam satu ruangan namun disekat kaca. Pembatas antara masa lalu dan masa depan. Antara kekecewaan dan harapan. Antara kesedihan dan kebahagiaan. Antara rindu dan kesal. Antara ambisius dan cinta.
Kita saling melihat hidup satu sama lain bukan?
Namun saling membohongi. Yang kau - dan aku - tampakkan ke permukaan hanyalah sisa-sisa kebahagiaan yang bisa kita rasakan setelah perpisahan itu. Kita meringkuk di balik kenangan untuk menyembunyikan rindu dan cinta yang malah menggebu setelah perpisahan. Mencuatkan penyesalan tanpa ujung.
Hanya isakan. Sisanya kebohongan.
Bahkan kita tak pernah membiarkan satu sama lain tahu tentang kesedihan di tiap malam. Bahkan sesaknya terasa hingga ke mimpi.
Jika kita tak pernah jujur di dunia nyata, tidak pernah saling mengaku tentang cinta. Lalu mengapa mimpi bicara?
Mengapa hanya dalam mimpi kita berbicara?
Mengeja cinta dan sayang di tiap senyuman dan belaian. Menyematkan rindu di tiap pertemuan setelah perpisahan. Melukiskan harapan. Dan semua atas bantuan kenangan yang muncul satu-satu.

Bisakah kita, buang jauh ego dan penyesalan atas nama cinta dan rindu?
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Senin, 24 Oktober 2011

Cabang Ranting.


Kata orang, kesempatan akan selalu datang kepada orang-orang yang berniat baik dan tulus kan?

Tapi ternyata, kesempatan itu tidak pernah datang kepadanya. Padahal, ketulusannya tak perlu ditanyakan lagi.

**

“Gimana, Na? Masih suka?”

“Eh?”

Naya tersadar dari lamunan lalu menatap Karin yang kini tersenyum penuh arti sambil melirik arah jam 4 mereka yang duduk di bangku barisan paling kiri di kelas mata kuliah semester akhir. Bukannya membalas reaksi Naya, Karin malah terus tersenyum meledek sambil memainkan ponselnya. Membuka beberapa akun twitter favoritnya.

“Maksud L?” Naya langsung bertanya sewot begitu memahami maksud Karin setelah mengikuti arah lirikan sahabatnya beberapa detik yang lalu.

“Oke, Karin. Sampe kapan mau ledekin gue sama dia?”

“Sampe lo nggak pernah natap dia dengan pandangan ‘coba-lo-nggak-punya-cewek.’” Karin langsung saja tergelak menyadari arti kalimatnya sendiri, menikmati momen meledek Naya yang cuma bisa tersenyum kecut karena merasa sangat ‘terbaca’.

“Dia kecengan sejati kali.”

Tawa Karin semakin tergelak mendengar ucapan Naya.

Naya menatap Karin sewot. “Lagian, lo pasti setuju kan kalo gue bilang dia cowok idaman?”

Cowok yang duduk di arah jam 4 mereka mungkin bukan cowok yang sempurna dengan limpahan fisik dan materi. Tapi pengetahuan Naya tentang semangat dan kepercayaan diri cowok yang tidak pernah luntur itulah yang membuatnya sempurna di mata Naya. Mengalahi apapun, mengalahi ketampanan dan materi yang melimpah.

“Iya sih, dia emang bukan siapa-siapa sekarang. Tapi gue juga percaya, dengan semangat dan kepercayaan diri dia yang dari sekarang aja udah kelihatan. Gue juga sadar dia berpotensi untuk jadi siapa-siapa. Apalagi elo yang sangat menyadari itu.”

“Nah, see?”

Karin berdecak, “tapi kan bukan berarti lo bisa ngecengin dia terus kali. Sampe kapan, Nay? Sampe dia putus sama ceweknya? Tahun kapan tuh?” cerocos Karin skeptis yang Naya benarkan dalam hatinya.

Melihat hubungan cowok itu dengan pacarnya emang kayak ngelihat pasangan yang mau nikah besok. Selalu dipenuhin cinta. Eh, dari mana dia tahu? Sebagai secret admirer sejati Naya pasti sangat tahu tentang ini – hubungan ‘kecengan sejati’ dengan pacarnya.

Ternyata, waktu nggak pernah membunuh rasa kagum Naya. Sudah hampir setahun, dan perasaan itu tidak pernah berubah.

Setidaknya, hati Naya tidak pernah mengingkari walau dia selalu memasang dalam otaknya tentang sugesti sudah-melupakan rasa spesial dalam hati.

Dan itu baru Naya sadari lagi hari ini, satu hari di salah satu kelas kuliah ketika dia memasuki kelas dengan kaos biru yang membuat sosoknya tambah sempurna.

Dia lelaki ideal, impian setiap wanita, Naya sadar itu.

Dan, dia juga sudah memiliki wanita impiannya.

Karin pun tidak perlu jawaban untuk pertanyaannya tadi. Karena pandangan mata Naya beberapa menit yang lalu–ketika melihat cowok itu memasuki kelas–masih sama, mengingatkannya pada pertama kali dia memergoki Naya dengan pandangan seperti itu setahun lalu.

Waktu yang berjalan memang tidak pernah beriringan dengan orang yang ingin melupakan.

**

Naya mencari-cari sosok Karin yang mengatakan akan menjemputnya di bandara sore ini.

Dia pun langsung tersenyum lega ketika melihat Karin yang sedang melambai-lambaikan tangannya.

“Oleh-olehnya mana?” todong Karin.

“Eh ya ampun, lo pura-pura kek gitu yah tanyain kabar gue, atau apa gitu. Langsung nodong oleh-oleh aja!”

“Suruh siapa pindah ke Korea nggak bilang-bilang dulu.”

“Ini mendadak gitu lho ya gue ke Korea-nya. Kerjaan gila banget lagian, klien gue jarang banget bisa ngebiarin gue libur weekend!”

“Ahaha, lebih ngenesin dong. Tetep aja kerja, cuma beda lokasi aja.”

“Nah, tuh tahu.”

Pembicaraan mereka terpotong ketika mendekati mobil Karin dan Naya yang dibantu sahabatnya itu memasuki beberapa kopernya ke bagasi mobil.

“Jadi, ada berita apa aja selama setahun ini?” tanya Naya begitu dia duduk di jok sambil memasang seat belt-nya.

Karin masih diam sambil menyalakan mesin mobil. Menjalankan mobil untuk keluar dari parkiran bandara dan melaju di tol.

“Ya banyaklah,” kata Karin ketika mobil sudah berada di jalanan tol yang cukup lenggang di minggu pagi.

“Kasih tahu gue gosip yang paling bagus!”

“Fahri putus sama ceweknya bulan April,” kata Karin datar padahal membeberkan gossip tentang ‘kecengan sejati’ Naya.

Naya speechless, dia masih diam dengan ponsel di tangan. “Ada minum gak, Rin?” pintanya sambil mengambil aqua gelas yang Karin tunjukkan lalu segera meneguk air. Melancarkan segala sesuatu yang terhampat di kerongkongannya karena keterpanaan.

Sudah hampir dua tahun semenjak pembicaraannya dengan Karin di kelas mata kuliah semester akhir itu. Sudah hampir tiga tahun lewat semenjak Naya menyadari ada gemuruh di dadanya setiap melihat Fahri. Dan selama itu juga, dia berteman baik – bahkan cenderung bersahabat – dengan Fahri. Hanya saja, dia mengurangi kontak informasi dengan Fahri yang tidak penting. Khawatir itu akan menjadi jejak tentang perasaan di hatinya.

Sudah setahun juga dia tidak pernah bertemu dengan Fahri. Terakhir adalah ketika perpisahan kecil untuk keberangkatan Naya ke Korea karena tugas kerja.

Dan ternyata, gemuruh itu tidak pernah lenyap.

"Berarti, Fahri single dong sekarang?" tangan kanan Naya sudah bergerak tangannya untuk mengetik pesan singkat kepada Fahri sedangkan tangan kirinya masih menggenggam gelas Aqua.

Naya tidak akan bertanya apapun mengenai perpisahan Fahri dengan kekasihnya. Dia tidak akan mengatakan apapun tentang cintanya sekalipun merasa aman dengan posisi Fahri yang kini single. Dia tidak akan membahas rindu yang terus mengganda di hatinya selama setahun belakangan. Dia hanya akan menuntaskan rindunya dengan bertemu cowok itu. Secepatnya.

Masalah cinta, Naya akan biarkan dia bekerja dengan sendirinya. Dia selalu percaya bahwa cinta memiliki jalannya sendiri. Jika tidak begitu, maka cintanya pada Fahri mungkin sudah kandas di awal. Ketika dia sadar hati Fahri tak mungkin mudah didapatnya karena sudah ada yang menunggui hati itu lebih dulu. Bertahun-tahun lamanya.

Mungkinkah saat ini cinta mulai bekerja untuk memasangkan hatinya dengan hati Fahri?

"Fahri jadian sama Yasmin, Na..." jemari Naya pun berhenti bergerak di atas keypad ponsel. Seperti belum cukup, gelas aqua yang dipegangnya dengan tangan kiri malah tumpah membasahi jok mobil dan dress hijaunya begitu mendengar kelanjutan cerita Karin.

Detik itu juga, dia mendengar hati lain yang retak. Bukan lagi bayangannya tentang hati Fahri yang retak karena akhir dari hubungan yang sudah berjalan hampir 4 tahun. Tapi kali ini, lagi-lagi hatinya yang pernah retak sama seperti 2 tahun lalu.

Namun kali ini lebih kencang dan nyaring.

Dan Naya tidak ingin mendengar cerita apapun lagi.

**

( to be continued)

Sabtu, 22 Oktober 2011

Genggam Hatiku

Bukan aku yang terlambat, tapi waktu saja yang tidak mempertemukan kita lebih cepat bukan?

Seandainya saja waktu lebih cepat 1 bulan pertemukan kita. Bisa saja kan kini aku yang ada di pelukanmu, bukan dia?

Bukan dia yang kaucintai, tapi menyia-nyiakanmu.
Lelaki, kenapa tidak kau lirik aku?
Aku memang tidak - belum - dicintai olehmu, tapi aku mempunyai hati untuk kau genggam dan tak akan menyia-nyiakanmu.

Aku mungkin memang bukan dia, yang dicintai olehmu. Tapi aku memiliki hati yang mencintaimu dan menunggu untuk dicintai olehmu.

Bisakah, kau tinggalkan saja dia dan tatap aku? Yang kini ada di sampingmu, menggenggam hatinya agar tidak lari ke mana-mana, menunggu untuk kau genggam?

Bisakah kau? Demi kebahagiaanmu - dan juga diriku?

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jumat, 21 Oktober 2011

Definisimu, Kebahagiaanmu.

Rena masih memandangi pemandangan di depannya heran.
Freya dan Mario yang duduk di depannya. Menunggu jam mata kuliah di kelasnya dan Freya. Sedangkan Mario di kelas sebelah.
Freya, cewek yang sudah menjadi sahabatnya selama tiga tahun terakhir yang cantik jelita, tipikal cewek ideal idaman semua cowok. Dan Mario, cowok yang nggak lebih cakep dari Junsu '2PM'. Tapi Rena juga sangat tahu gimana sayang dan cintanya Mario ke Freya. Buktinya, sudah lebih dari 2 tahun mereka lalui dengan hebat.
Rena bukannya bermaksud untuk memandang sebelah Mario berdasarkan fisik. Tapi hey, Freya sahabatnya itu cewek ideal! Dia bisa dapetin siapapun yang dia mau.
Lalu, kenapa akhirnya hati Freya mentok di hati Mario? Nah, yang ini Rena nggak pernah tahu dan ngerti.

**

"Frey, lo bahagia sama Mario?" Rena akhirnya mempertanyakannya ketika Mario sudah ke kelasnya.
Freya langsung memandangi Rena heran, "Menurut L?" Freya bertanya balik sambil cekikikan, puas melihat Rena yang mendesis kesal karena malah dibencadai ketika ia sedang serius.
"Freya... Serius,ah,"
"Yah gue juga serius, Na. Menurut lo gue bahagia nggak sama Mario?"
"Menurut gue sih iya."
"Nah, itu lo udah tahu."
Rena menatap Freya serius dan penasaran. Akhirnya dia mengutarakan semua yang berkelebatan di otaknya akhir-akhir ini.
"I mean, lo bisa dapetin yang lebih gitu dari Mario. Yaah - sorry yah, Frey - tapi bahkan Mario nggak cakep dan tajir amat. Fredi aja masih menang kemana-mana!" Tambah Rena sambil menyebut nama salah satu mantan Freya dua tahun lalu.
Rena sempat khawatir kalo Freya akan marah karena ia malah membandingkan Mario dengan Fredi. Tapi ternyata Freya malah tertawa.
"Jadi yang lo pertanyakan itu sebenernya adalah, kenapa gue bahagia sama Mario yang gak cakep dan tajir amat?"
Rena mengangguk polos.
Freya tersenyum sambil membuka catatan kuliahnya, memeriksa bahwa tugasnya sudah selesai.
"Karena Mario nggak brengsek. Dan gue tahu, kalo Mario sayang gue apa adanya, nggak mandang karena gue 'cakep' aja."
Rena mengangkat sebelah alisnya. Masih nggak paham dengan maksud Freya. Nggak brengsek? Siapa sih yang mau punya pacar brengsek?
"Lo tahu kan kalo Mario udah deketin gue dari awal kita masuk? Tapi waktu itu gue masih pacaran sama Fredi yang akhirnya ngeduain gue dua bulan kemudian. Just fyi, Mario sebenernya udah tahu bahwa hubungan gue dengan Fredi udah nggak sehat. Tapi, dia nggak ngambil celah itu untuk deketin gue.
"Setelah gue putus pun Mario nggak langsung PDKT dan nembak. Dia ngebiarin gue 'lupa' dulu sama Fredi. Selanjutnya, lo tahu kan gimana ceritanya?"
Rena manggut-manggut walau sebenarnya dia masih nggak ngerti. Di bagian mana Freya bahagia sama Mario?
Freya yang masih merasa sinyal kebingungan itu akhirnya tertawa lagi.
"Rena... Rena, lo nggak bakal ngerti kalo nggak ngerasain sendirii. Cari pacar dong makanya! Haha." Rena kembali mendesis.
"Gue masih menunggu my Junho dateng,"
"Nah, itu dia permasalahan lo."
"Hah? Maksudnya?"
"Karena pandangan cowok ideal lo itu tipe-tipe member 2PM. Cakep, body sixpack. Atau, aktor-aktor hollywood yang hidung mancung, mata biru. Lo nggak akan bahagia dengan standar seperti itu.
"Bukannya lo nggak berhak untuk dapet yang kayak gitu. Tapi, lo nggak akan dapetin kebahagiaan ketika yang lo gak dapet nggak seperti harapan. Padahal, apa yang lo dapet sebenernya udah bisa bikin lo bahagia.
"Bagi gue, definisi bahagia sama pacar itu adalah dapetin cowok yang nggak brengsek, nggak malu-maluin untuk 'digandeng', dan sayang gue. Dan Mario, memenuhi itu semua."
"Ya tapi kalo lo dapetnya yang lebih dari Mario juga nggak bakal nolak kan?" Rena mengerling jahil.
"Ya enggaklah, ahaha. Tapi gue anggep itu sebagai 'bonus', bukan definisi kebahagiaan."
"Jadi, permasalahan kita kebanyakan - gue - itu ada pada masalah 'definisi kebahagian'-nya?"
"Yups, dan yang pastinya definisi bagi masing-masing orang itu berbeda. Itu terserah mereka, bagaimana mereka memilih kebahagiaan mereka. Dan gue menemukan kebahagiaan gue ada pada Mario."
Rena menghela napas. Hatinya tahu bahwa yang Freya ucapkan itu benar.
"Jadi, 'kebahagiaan' lo itu siapa, Na? Gue lihat, cowok di arah jam 1 itu kayaknya cocok deh." Freya meledek Rena yang tersenyum kecut. Karena telah menunjuk cowok yang sudah berusaha mendekatinya satu bulan ini.
Walau Rena menampakkan wajah tidak suka. Tapi hatinya menerima kalo Freya benar.
Cowok arah jam 1 yang sudah lama memerhatikannya itu mungkin memang 'kebahagiannya'. Dirinya saja yang selama ini menutup mata. Padahal matanya menjadi saksi bahwa cowok itu sungguh-sungguh.
Diam-diam, sebelum dosen Bisnis yang sudah masuk memulai materinya. Rena membuka ponsel dan mengetikkan balasan singkat untuk pesan yang dikirm cowok arah jam 1 itu, semalam.

Makan siang bareng yuk, Na, besok?

Okey.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Cerita 140 Karakter Ke-Sepuluh Ribu


It’s the hardest part of my life. But, I’ll always love you, Mr.G. You know it, right?


RT @TheNoteboook: Some people are meant to fall in love with each other, but not meant to be together.


Barisan kalimat itu masih saja ada meskipun sudah berkali-kali Gian mengedipkan matanya. Ternyata, bukan ketakutannya saja, tapi memang adanya seperti itu.


Ia kembali membaca barisan kalimat setelahnya. Sama percis seperti yang ia pikirkan.


RT @TheNoteboook: Pretending to be happy when you're in pain is just an example of how strong you are as a person.


Rasa bersalah itu pun kembali menguap dan mengusik hatinya. Lelaki macam apa dirinya sudah menghancurkan hati perempuan sebaik Naya?


Siang hari hingga waktu selanjutnya memang menjadi bagian hidup tersulit baginya, juga bagi Naya. Ketika ia mengiyakan permintaan Naya, ketika ia melepaskan gadis itu. Karena kehambaran yang semakin lama semakin jelas dengan hubungan jarak jauh Singapura-Jakarta.


Padahal, sudah diucapkannya janji dalam hati. Suatu saat akan membawa gadis itu ke negara ini. Negara yang luasnya memang setara dengan luas ibukota. Dan bukan hanya karena Singapura adalah salah satu tujuan wisata yang menarik. Tapi ia juga ingin mengenalkan lingkungan yang menjadi kehidupannya selama beberapa tahun ke depan. Yang menjadi tempatnya untuk bernapas dan memupuk mimpinya satu per satu menjadi nyata.


Gian pun akhirnya meng-klik tanda silang di bagian kanan atas. Sudah cukup ‘kegiatan’-nya hari ini. Karena hanya adatweets yang kalimatnya menusuk hati hingga tweets ke-8999 cewek itu sejak enam jam yang lalu. Kapan-kapan, di sela kegiatan kuliahnya ia masih bisa melakukannya lagi dengan hanya memilih satu link yang sudah dipilihnya menjadibookmarked page. Untuk memastikan bahwa perempuannya baik-baik saja sekalipun satu-satunya ikatan yang berharga sudah putus di antara mereka.


twitter.com/NayaG


**


Di sela-sela pengerjaan paper-nya yang menyita waktu dan pikiran, Gian akhirnya membuka aplikasi browser di laptopnya. Dan langsung membuian salah satu link yang sudah tersedia di bookmark pages-nya.


Ah, baru 9300 tweets. Padahal sudah hampir sebulan semenjak terakhir kali ia membuka akun twitter Naya. Kenapa cewek itu seolah menghilang? Padahal selama ini Naya adalah salah satu orang yang cukup aktif di dunia maya.

Ia mengingat-ingat, musim ujiankah, atau apa? Kenapa perempuan itu ‘invisible’?


Gian tiba-tiba merasakan satu perasaan menguak kembali di hatinya. Perasaan yang ia tolak selama satu bulan ini setelah merasakannya begitu perih setelah telepon terakhir di siang hari itu.

Kehilangan.


I miss you so much, my Naya. Tapi bahkan gue nggak cukup berani untuk menghubungi untuk sekedar menanya kabar. Mengingat kita sama-sama nggak menginginkan perpisahan ini.


“Aku ternyata nggak bisa, Gi, untuk LDR kayak gini. Aku nggak bisa kalo nggak ada kamu. Jadi tolong, ijinkan aku untuk mencari yang lain. Supaya kita sama-sama nggak menderita, sama-sama nggak perlu membohongi diri,” ujar Naya siang itu dengan menahan isakannya.


Lalu Gian pun akhirnya memilih untuk menutup browser dan kembali berkutat dengan paper-nya. Berusaha melenyapkan senyuman gadis yang sudah menjadi pacarnya hampir selama dua tahun. Berusaha meredam rindu yang tidak bisa dimanjakan dengan mengetahui kabar Naya diam-diam.


**


Hatinya mencelos begitu melihat sederetan timeline Naya pagi buta itu.


Baru tiga hari yang lalu ia mendapati bahwa timeline Naya sepi. Tapi malam ini, jumlah tweets perempuan itu sudah menginjak kicauan ke-9700 dalam tiga hari. Dan dari keseluruhan tweets Naya, ia bisa merasakan aura paling positif yang paling hebat di dunia ini. Orang jatuh cinta.


Aura positif orang jatuh cinta emang gabisa dibohongin ya? Dahsyatnya :’)


Senyuman saja. Dan itu sudah membuat hidupku sempurna J


Dengan siapa, Nay?

Gian kembali merasa gemuruh di dadanya. Kali ini bukan hanya karena perpisahan mereka. Tapi bercampur dengan cemburu dan bertambah menjadi takut dengan kemungkinan ia akan ‘kehilangan’ dalam arti kata lain yang lebih mengerikan.


Naya jatuh dalam pelukan lelaki lain. Yang lebih dekat dengannya, yang bisa menggenggam tangannya setiap perempuan itu kelelahan atau senang ketika berhasil memotret objek dengan hasil yang bagus.


Betapa Gian merindukan satu tahu lalu mereka. Betapa ingin ia berada di samping Naya dan membisikkan langsung di telinga gadisnya tentang cinta dan rindu yang semakin menggebu. Bahkan ketika perpisahan sudah berlalu.


**

About @NayaG

10000 tweets. 489 following. 621 followers. 23 list.


ILU too, babe. Nite! :* RT @ ghandipratama: I love u so much, @NayaG :*


Dan Gian tahu, sudah saatnya kegiatan memanjakan rindu yang menderu selama tiga bulan terakhir dengan aktivitasstalking timeline Naya ini ia hentikan. Sudah saatnya ia berhenti untuk mengetahui bahwa Naya sudah menemui

penggantinya, seperti yang gadis itu ucapkan.


Tapi, stalking untuk mengetahui kabar Naya dan memanjakan rindunya sekali-kali masih boleh kan? Sekalipun ia bukan pengguna social media yang aktif, apalagi menjadi follower dan following Naya di twitter. Gian tersenyum tipis, sambil mengecek kembali tugas-tugas kuliahnya setelah menatap puas dan penuh terima kasih kepada twitter dan teman-temannya.


Karena melalui mereka-lah rindunya terobati.




Jumat, 14 Oktober 2011

Dari Nada

Akhirnya bisa posting lagi :)
Plis enjoy it ,dear friends. Maaf kalau random karena cuma pengen blogging dan buntu ide. Semoga galaunya dapet yaah *tetep* :


Bisakah sekali lagi kita bertemu?

Di antara keramaian, hingar bingar musik dan gerombolan orang-orang yang asik dengan musiknya? Di salah satu tempat yang menjadi kesukaanku. Kombinasi antara keramaian dan kehadiranmu pastilah sempurna. Cukup ada kamu, dan aku pasti bahagia hanya dengan merasa berada dalam ruangan beroksigen yang sama denganmu. Sesimpel itulah kebahagiaanku. Setidaknya untuk saat ini karena kehilanganmu menjadi sengsara.

Dan di depan panggung berkerlap cahaya dan suara. Tak kan ragu kuucapkan padamu tentang hati yg masih ada hati.
Tentang perpisahan yg sangat ingin kucegah. Tentang kamu yg mengabaikan.

Aku tidak akan peduli tentang perasaanmu saat ini. Karena bukan penerimaan atau penolakan yang kuharap. Pengakuan, bahwa setidaknya aku pernah berartii bagiku.
Berlebihankah?

Dan, di depan panggung bermandikan cahaya serta bising musik yang memekakkan telinga karena berpadu dengan jerit dan nyanyian ribuan penonton. Aku memandangi sekeliling. Hanya ada strangers. Tidak ada siapapun. Bahkan kamu.

Kupejamkan mata sejenak, berusaha melepaskan harapan beriringan dengan setiap nada yang kudengar. Membebaskan sesak yang sudah memenjarakan hati begitu lepas.

Aku hanya ingin bebas - darimu, dari impian, dari kenangan, dari fantasi. Dan ingin bukan berarti rela jika berkaitan denganmu. Semakin aku mencoba untuk membebaskan, semakin aku malah tidak rela untuk melepas juga semuanya. Karena hanya ada hal-hal itu yang indah ketika kamu pergi menjadi titik awal kekelaman.

Tapi malam ini, akan kuceritakan saja semua kepada lagu - lirik dan nada. Yang selalu setia menemani bahkan ketika dunia berbalik. Juga ketika kamu menolak untuk mendengar.

Kenapa kamu tidak sesetia lagu, wahai lelaki di masa lalu?


Tertanda,
Nada.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Selasa, 04 Oktober 2011

Motivasi

Subuh ini, tiba-tiba hati saya jadi super-duper-melankolis.
Bukan, ini bukan tentang cowok atau makhluk lain kok.
Ini hanya tentang kepercayaan diri saya untuk bisa menyelesaikan semua tugas dan kewajiban menjelang deadline.
Simpel sih sebenernya, hanya masalah kewajiban yang harus diselesaikan. Dan semua orang pun pasti mengalaminya.
Tapi, pernahkah satu kali, di satu titik tiba-tiba semua tugas dan kewajiban kalian mengumpul menjadi satu? Hingga terbayang-bayang tentang deadline molor, atau bahkan nggak selesai.

Sungguh, saya nggak bermaksud untuk mengeluh dan berniat untuk menunda-nunda tugas. Karena seperti yang saya bilang sebelumnya, ini hanya tentang kepercayaan diri yang tiba-tiba melorot dan berimbas pada kekuatan semangat, konsentrasi, dan kinerja yang biasanya baik-baik saja sekalipun keadaan sedang pelik.

Lalu saya ber-BBM dengan beberapa teman yang jarang bertemu atau berkomunikasi dengan mereka, tapi punya ikatan kepercayaan khusus dengan mereka. Dan rasanya, dapet semangat serta motivasi itu 'mencerahkan' sekali. Semangat saya tiba-tiba naik perlahan.

Dan salah satunya bilang, "Harus bisa memotivasi diri sendiri." (Ratih Febrina).

Saya percaya, kekuatan memotivasi diri sendiri itu lebih utama dibanding yang berasal dari orang lain. Karena hati yang merasa, tahu apa yang dirasa dan dibutuhkan. Dan ternyata, beberapa hari ke belakangan ini saya memang sedang jarang untuk bersyukur dan memotivasi diri sendiri.

Seringkali beberapa dari kita sangat merasa cukup mandiri untuk bisa berdir sendiri. Saya, egoisnya memang termasuk. Seringkali untuk beberapa hal saya -merasa- nggak butuh pertolongan atau bantuan apa-apa dari orang lain. Saya merasa -terlalu- cukup bisa dan mandiri untuk melaksanakannya sendiri karena faktor 'gak enakan', dsb.
Dan saya lupa, padahal, kita hanyalah manusia yang memiliki sifat makhluk sosial. Tidak bisa berdiri sendiri dan melakukan semua hal sendiri.

Dan, dengan sifat saya yang seperti itu. Ternyata ada beberapa titik dan kejadian yang membuat saya sadar dan paham, bahwa nggak seharusnya melakukan semuanya sendiri. Seringkali itu tidak baik. Jadi, seharusnya mulai belajar untuk meminta pertolongan orang dan tidak mengaku 'tough'. Padahal sedang rapuh di dalam.


*Sore pukul 04.10, di saat rumah sedang sepi dan hanya ada keramaian dari suara TV dan ring alerts BB.



Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak Pernah Terduga

Pernah merasakan rindu yang tidak kamu rasakan?

Oh oke, mungkin kalimat itu sedikitt membingungkan. Tapi maksud saya adalah : terkadang kita kangen seseorang, tapi terlalu takut - tepatnya gengsi - untuk mengakui.
Hingga saatnya kita langsung merasakan kehilangan yang tidak pernah terduga.

Perihnya, kamu merasa terlambat untuk mengungkapkan perasaan kepada orang itu. Hingga ia pergi, dan kita sudah merasa kehilangan.

Saya bukan termasuk orang yang mudah mengucapkan tentang isi hati. Lebih karena seringnya merasa malu saja untuk mengungkapkan secara gamblang semuanya.
Maka, jika kamu mendengarkan saya dengan mudah mengungkapkan perasaan cinta. Berarti itu bohong! :)))


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Senin, 12 September 2011

[REVIEW] Semburat Senyum Sore - Vinca Callista

Penerbit : Atria (Serambi Group)

Penulis : Vinca Callista
ISBN : 978-979-024-484-9
Halaman : 358
Harga : 35000


"Kalau kita enggak bisa dapet apa yang kita suka, lebih baik kita suka apa yang udah kita dapet ...."

Langit kini sedang cerah dan mendung—bahagia dan sedih. Akhirnya dia mendapat kesempatan untuk membuat film; seperti yang selalu diinginkannya selama ini. Namun, dia merasa tertekan karena mamanya memaksa Langit untuk cepat lulus kuliah. Dia juga mendapat kesempatan untuk dekat dengan Thyo, tapi cowok itu menyayangi cewek lain. Lagi pula, ada Arda yang mulai mendekatinya, membuat kekecewaan Langit kepada Thyo terobati.

Langit yang cuek terhadap hidup dan lingkungan sekitarnya berubah setelah dia mengenal Nenek Romlah. Wanita itu dan cucu laki-lakinya menyadarkan Langit bahwa semua hal yang dimilikinya saat ini patut disyukuri, termasuk orang-orang yang selama ini dianggap Langit tidak menyayanginya.


Tahu Semburat Senyum Sore tentu saja dari twitter yang update infonya cepet banget. Melebihi radio, TV, dan media lainnya. Apalagi, SSS ini adalah salah satu novel yang awalnya diterbitkan melalui Nulisbuku . Tapi sekarang udah diterbitin sama penerbit major, Atria.

Pastinya, karena novel ini ‘tembus’ ke penerbit major bikin orang-orang, khususnya penulis-penulis pemula – kayak saya – penasaran dan iri berat! Hehe

Tapi saya nggak mau panjang lebar ngejabarin cerita, dll, baca aja sendiri gitu :p

Yang pengen saya bagi adalah kalimat indah yang jadi pembuka di setiap chapter.

Tuhan Bukan Mengabaikan Harapan, Tetapi Menangguhkannya Sampai Tiba Saat Yang Tepat Untuk Mengabulkan dan Menjadikannya Kejutan

(Bab 1)

Penyesalan selalu datang di akir dan menjadi awal dari perbaikan

(Bab 3)

Pada awalnya, keikhlasan memang selalu bertentangan dengan kehilangan

(Bab 5)

Hari ini adalah ‘kelak’ yang kemarin kita idam-idamkan

(Bab 9)


Dan tentunya, penutup manis novel ini oleh Thyo yang bisa langsung bikin kita mesem-mesem sendiri. Padahal cerita novenya udah abis :p

“Simba really loves you….”

Sabtu, 10 September 2011

Infinitely Yours (Orizuka)




Penerbit : Gagas Media

Tahun terbit : 2011

Genre : Romantic Comedy

Jumlah Hlm : 304 hlm

Ukuran : 13 x 19 cm

Harga : Rp47.000

ISBN : 979-780-508-5

Orang bilang, pertemuan pertama selalu kebetulan. Tapi, bagaimana caramu menjelaskan pertemuan-pertemuan kita selanjutnya? Apakah Tuhan campur tangan di dalamnya?

Kita bukanlah dua garis yang tak sengaja bertabrakan. Sekeras apa pun usaha kita berdua, saling menjauhkan diri—dan menjauhkan hati—pada akhirnya akan bertemu kembali.

Kau tak percaya takdir, aku pun tidak. Karenanya, hanya ada satu cara untuk membuktikannya….

Kau, aku, dan perjalanan ini.


Infinitely Yours
adalah novel dengan setting Korea. Unsur Korea dalam novel ini cukup kental dengan adanya dialog berbahasa Korea oleh tokoh utama cewek dengan orang-orang Korea dalam novel. Plus dengan tempat-tempat wisata favorit yang digambarkan Orizuka dalam novel ini. Tentu saja ini karena Orizuka memang sengaja menyajikan novel bertema liburan dnegansetting Korea seperti yang disampaikannya di halaman ‘thanks to’.

Yang menariknya adalah penggunaan judul-judul lagu Korea sebagai chapter tiap bab. Ini benar-benar menarik karena kita bisa langsung membayangkan seperti apa isi bab itu dan jadi bertanya-tanya, ‘bakal gimana ceritanya?’, dll.

Dan tentu saja karena Infinitely Yours adalah novel ber-genre Romantic Comedy. Novel ini lebih bayak menyajikan ‘humor’ dibanding kalimat atau scene yang bikin ‘nyesek’ sejenis ‘Coming Home’ :D

Salah satu dialog yang bikin ketawa adalah percakapan Rayan-Alif yang satu ini :

“Tapi kalo dipikir-pikir lagi… Ini salah gue?” Alif mengelus dagu. “Gara-gara gue beliin lo tiket tour, lo jadi ketemu itu cewek?”

Rayan mendelik Alif. “Exactly.”

“Gue… cupid?” Alif sekarang terdengar kagum pada dirinya sendiri.

(hal. 271)

And the Best (for me) was page 266.

Di akhir-akhir Rayan melihat scrapbook. Foto di mana dirinya naik komidi putar. Di mana Jingga menulis caption foto dengan, “He said goodbye”. Bacanya beneran bikin nyesek walaupun kalimat itu simpel. Bukan kalimat berpanjang-lebar untuk menunjukkan bagaimana perasaan si tokoh. Tapi dengan kalimat yang simpel itu malah yang membuat kita ‘ngerti’ dan akhirnya kebawa perasaan. Karena kita sudah mengikuti kisah Jingga-Rayan ini dari awal.

Dari keseluruhan novel Orizuka (yang ternyata udah ada 13! *takjub*) yang saya baca memang baru 3. Summer Breeze, High School Paradise, dan Infinitely Yours. Tapi semuanya cukup menarik untuk diikuti walau dengan cerita khas masing-masing.

Tapi novel Orizuka favorit saya tetap High School Paradise. Walau ceritanya F4 banget (tapi sepertinya memang terinsipirasi dari sana ya?) tapi tetep bikin kita sering senyum-senyum dan seneng sendiri. Tokoh favorit saya adalah Sid, si cakep+tajir+keren yang punya ‘urusan’ sama Julia :D


Selasa, 06 September 2011

3 in 1: Kuliah + Nulis + Oriflame

Inilah tweets 'biasa' saya tadi pagi. Padahal hanya ingin nge-tweet, bercerita seperti biasa. Eh syukurnya bikin beberapa temen ''termotivasi' dan senang dengan membaca tweets saya :)

Social network, jika digunakan dengan baik pasti akan menghasilkan. Baik segi kepuasaan pribadi dan juga kantong :P *promosi2*

So, please use your soc-net account wisely, guys !


Kalo MLMya adalah MLM yg 'ecek2' dan 'nipu'. Pasti membernya gak ckup berani utk ngmngin MLM itu dpn publik, terang2an.

Tapi saya berani kok utk ngmngin ORIFLAME. Karena saya percaya sama sistemnya yg gak nipu apalagi ecek2! Bkn ORIFLAME banget! :))

#Oriflame -an itu mudah kok, gak ribet. asal kita NIAT aja jalaninnya, semua pun akan jadi menyenangkan :)

Dan klo sering ikut pertemuan2 oriflame dan ktmu temen2 yg satu visi dan misi. Pikiran jadi lebih positif :)

Kata siapa kalo Oriflame-an gabisa ngapain2? Gak bisa kuliah, dan yg lainnya?

Saya, walau oriflame- an, masih bisa kuliah dpet nilai bagus dan nerbitin novel kok :D

Karena ya itu, mindset kita akan terlatih utk 'positif'. Akan mencoba hal baru dan gak takut gagal ;) #oriflame

kata adek kls pas saya ksh tw uang pendaftaran+persyaratan join #oriflame : "Oh, kirain MLM yg kalo mau join mesti ngasih 5juta-an"

Sori yah, #oriflame bukan 'money game' yg klo mau join beratus2 atau bahkan berjuta2 rupiah

Join oriflame 39900+fotocopy ktp. that's it. paling sma 20katalog yg harganya ga lebih dari biaya pendaftaran :)

iyaaak! haha :p RT @vemyluphdolphin: Pdhl 39.900 doank y?:p "Oh,krain #oriflame MLM yg klo join msti ngsih 5jtan..."

Saya prnah blg, jgn krna ngerasa masih muda jadi 'have fun' doang. Sedikit serius utk meniti masa depan ga masalah kan?

Ngejalanin semuanya klo mindset kita positif pasti enjoy dan hasilnya 'kelihatan' kok. Tapi ttp fokus

Dan alhamdulillahnya,Oriflame bisa melatih mindset dan strategi2 itu

Pernah lho, bln Mei kmren, saya lagi puncak patah hati. Eh, cuma 3hri trnyta patah hatinya. Itu krna #oriflame dan nulis ;P

Saya enjoy #oriflame -an bkn karena 'bonus' semata. Tp ya krna itu tadi, tiap 'kerja' sllu inget sama mindset utk positif, terus dilatih

Awalnya ortu saya kyk krg terima saya ngerjain hal2 lain saat msh kuliah gini. Oriflame&nulis. Dgn alasan smua ortu, 'tkut gangu kuliah'.

Tapi pas nyokap lhat gue dpet bnyak 'hadiah' dan akhir bulan kmren novel gue terbit. Bokap bahkan mau ikut promosiin novelnya!

menurut saya sih, klo ortu gasetuju sm kegiatan kita itu krna khawatir aja, klo apa yg kita jalanin&sampe membagi waktu sekolah/belajar....

...dan trnyta kegiatan itu ga ngsih efek positif buat kita. atau trnyta bkn pilihan yg tepat utk kita

bkn krna ga percaya sama kita atau apa. tp ya namanya umur2 segini kan msh 'mencari'

jadi, klo kita yakin sma kegiatan yg kita ambil. cba diseriusin, kawan. psti akan 'menghasilkan kan? :)

klo kita ngelihat ke ortu klo kita serius. psti akan direstuin dan dibantu kok :)

banyak org blg dan aneh, gue suka nulis tapi kenapa gak ambil sastra aja sih?

gtw kenapa tp gue ga tertarik. nulis jd hobi & refreshing yg gue tekunin dgn banyak baca dan nulis aja. tentunya bljar dri penulis2 lain jg

dan, krna dri SMP udah ngerasa 'jatuh cinta' aja sama eksakta. walau semakin gede kemampuan mlah menurun. mkin bnyk dosa kali yak? -_-

jadi yah, finally masuk Teknik Industri dgn jalanin nulis juga deh~

eh tapi pas kuliah malah 'tertarik' juga sama bisnis. walau gatahu gue bisnis apaan yak :p

di tengah2 kejenuhan kuliah dan nulis. diajak2in join oriflame sma @vemyluphdolphin tapi masih nolak2 wktu diajak ktmu utk dijelasin :p

2 bulanan kmdian mlh gue yg mnta ktmu sma @vemyluphdolphin . mnta jelasin sistem oriflame gmana dan tertarik, hiihi

selain krna gue tahu produk2 oriflame oke punya :D bnyak promo produk, dan ada bonusnya juga pula. hihi, siapa yg gak ngiler sih?

Saya walau oriflame-an, masih bisa kuliah dapet nilai bagus dan nerbitin novel. Itu cerita saya, apa ceritamu? :))

Jadi, yg cuma 'kuliah/sekolah' aja tanpa ngapa2in. ngegunain wakunya hnya utk having fun semata...

Take your time wisely! Percayalah, masa depan mulai dari sekarang! *IYCbanget*

Saya Marsya, mahasiswi Teknik Industri Universitas Trisakti. Penulis dan oriflame-an, Senior Manager (wannabe). How about you? :)


And it's really a pleasure when your tweets become another 'motivation' for you friends/followers ! :)


Zilandri Inti H.
@

ghufrian adejzuka
by cHaMarsya



Thanks, tweeps !
Have a good sleep tight. Have a nice dream :)