Membayangkan, dulu nggak dapet Universitas Impian (read:UI) emang jadi sesuatu yang mengerikan dan sangat saya nggak pengen terjadi.
Tapi, ketika pada akhirnya di kesempatan akhir mendapatkan Universitas itu di SNMPTN,pun nggak menjadi sesuatu yang paling menyedihkan bagi saya.
Sesaat, saya memang merasa dunia seperti tidak berpihak pada saya agar mendapatkan impian saya, keinginan saya, yang saya usahakan dengan seluruh kemampuan yang saya punya, berdo'a, meminta kepada-Nya, mempercayai kemampuan diri saya sendiri. Tapi ternyata, tidak seburuk itu.
Setidaknya, di saat saya merasa berada dalam titik paling bawah hidup saya. Masih ada keponakan balita, yang dengan lugunya terus-terusan bertanya, "Ateu (tante) kenapa nangis??" kepada saya, teteh-teteh saya, juga ibu saya sendiri, dan ingin menghibur saya dengan kecupan mereka(sumpah, kalo nggak lagi nangis, pasti saya ketawa ngakak mereka kayak gitu!). Di saat saya merasa sangat kecewa dengan diri saya sendiri karena tidak mendapatkan impian, keinginan terbesar saya itu, masih ada ibu, bapak, dan teteh-teteh yang dengan tulusnya mengelus kepala saya, dan terus-terusan berusaha membesarkan hati saya yang sedang kacau dengan kata-kata mereka. Yang masih mau mengatakan, dan berusaha menyadarkan saya dengan kalimat, "UI nggak jadi jaminan sukses kok" "Banyak kok orang dari PTS yg sukses", dan sebagainya, ketika saya terus-terusan menangis, terisak, menggeleng, dan terus merengek, "Nggak mau...maunya UI.... chaca maunya UI..."
Saya masih ingat, ketika dengan air mata telah membanjiri wajah, dan tidak bisa berhenti sesenggukan, saya terus berjalan ke kamar ibu saya, dan langsung memeluknya ketika ibu saya bertanya, "Gimana snmptn nya ? lulus ?" dan saya hanya bisa menggeleng , lalu begitu saja menangis. Ibu pun berkata, "Ya udah, nggak apa-apa,tenang ... bukan kamu doang kok yang nggak lulus kayak gini" Dan saya masih terus menangis terisak.
Malam itu, saya memang merasakan malam paling buruk. Saya memang merasakan kecewa yang teramat sangat. Sepanjang hidup, keinginan terbesar saya adalah itu, masuk UI. Maka, ketika pada akhirnya Allah nggak mengizinkan saya untuk bisa mendapatkannya. Itulah semua refleksi kekecewaan saya, timbal balik dari semuanya . Saya sempat kehilangan nafsu makan, nonton, dan berbagai macam hiburan lainnya. Intinya, saya menolak diri saya untuk menghibur diri.
Syukurnya, itu hanya terjadi satu malam. Malam kekecewaan, malam kesedihan, penyesalan, perenungan. Semua saya usahakan hanya terjadi pada satu malam itu saja. 16 JULI 2010 malam. Saya nggak mau, dan nggak membiarkan semua nya terjadi lagi pada malam-malam saya yang lain.
Esoknya, walau mood baik saya tidak pulih seratus persen, tapi saya sudah merasa 'BAIK' . Saya nggak lagi menyesali kegagalan saya kali ini. Sebelumnya saja, saya pernah mengalami kegagalan-kegagalan lain yang menyakitkan, tapi , saya bisa kok melaluinya. Lalu, kenapa sekarang nggak ?
Friends, nggak mendapatkan apa yang kita inginkan emang sulit diterima. Kita pasti ngerasa sedih banget. Tapi, nggak baik juga terus-terusan menyalahkan diri sendiri, bahkan orang lain, apalagi takdir ketika kita gagal. Yang kita perlukan adalah PERCAYA PADA ALLAH, bahwa Dia pasti punya rencana lain yang lebih indah. KLISE . Tapi memang itu lah yang kita butuhkan disaat kita merasa gagal selain Iman kepada-Nya.
Dan dengan itulah, saya bisa melalui satu malam tersulit saya.
Then, I'm just feel fine. Masuk PTS pun-mungkin-nggak seburuk yang dibayangkan.
Heart y' !