Sepotong cerita dari tokoh yang sedang gue buat ceritanya . Semoga projek yang ini kelarr ya Allah :)
The story :
Abby tahu, rasanya ia begitu munafik dengan hatinya sendiri. Mengingkari. Tapi sekaligus menginginkan perasaan indah itu terus hinggap dan tumbuh dengan sempurna di hatinya. Ia menikmati setiap detik dengan perasaan itu. Tapi, kenapa lama kelamaan ia malah seperti ingin membuang jauh saja perasaan itu? Supaya hatinya bisa tenang, damai saja seperti sediakala? Sebelum wajah Bagas yang terus menghantui pikirannya. Ia merasa nggak sanggup memendam perasaan ini lebih lama, lebih jauh, karena ia sadar, itu hanya membuat hatinya sakit lebih perih saja. Setulus apa pun perasaan yang ia simpan untuk cowok itu. Sedalam apapun perasaan yang ia rasa. Abby merasa tetap saja nggak berguna memelihara perasaan itu baik-baik. Perasaan itu hanya sepihak. Nggak akan terbalas. Bahkan tersampaikan pun mungkin tidak. Sehingga pada akhirnya, perasaan itu akan hancur juga kan? Nggak akan pernah tersirami perhatian manis Bagas. Nggak akan. Karena Bagas udah punya Kara disampingnya. Kara yang begitu sempurna, dirinya yang perempuan saja bisa merasakan kesempurnaan itu. Apalagi Bagas yang seorang cowok? Membayangkannya saja membuat hati Abby lelah sendiri. Ia terlalu pesimis untuk proyek hatinya yang satu ini.
**
Abby terkesiap sendiri begitu menyadarinya. Perasaannya, yang selama ini tersembunyi dengan ketakutannya akan persahabatan yang mungkin rusak. Tapi, ia merasa nelangsa sendiri dengan kemunafikannya itu.
Ia menyadari, ketika Bagas nggak berada disampingnya. Ia merasa seperti ada yang kurang di hatinya. Seperti ada yang hilang. Ia perlu melengkapi yang hilang itu. Dan, ketika Bagas disampingnya, kehilangan itu pun hilang. Terganti dengan kesempurnaan yang menghigapi jiwanya.
Seandainya saja cowok itu tahu. Mungkinkah perasaan sesak itu akan sedikit berkurang jika Bagas mengetahui isi hatinya? Ah, Abby rasa tidak. Sesak itu mungkin malah akan semakin menjadi jika cintanya bertepuk sebelah tangan. Tapi, bagaimana jika tidak?
**
Tanpa sadar, Abby malah memandangi wajah Bagas yang serius mengajarinya memetik gitar. Bukannya memerhatikan gerakan jemari cowok itu. Abby malah menikmati setiap lekuk wajah memesona karena aura yang tersimpan di dalamnya.
"By, kok elo bengong sih? Nggak asik yah ternyata belajar gitar?" kata Bagas pesimis.
Abby terkesiap. Lalu menggeleng-gelengkan kepalanya . "Nggak kok, Gas. Seru kok. Makanya gue kelewat serius deh merhatiinnya. Kelihatan elo, gue malah bengong yah ?" Abby mencoba meyakinkan Bagas akan kebohongan yang ia ucapka.
Bagas berdecak. "Bisa aja lo ngelesnya!" ledek cowok itu sambil mencubit pipi Abby. "Ya udah, kalo lo merhatiin gue tadi. Elo coba dong main gitarnya." kata Bagas sambil menyerahkan gitar hitam ke Abby.
Abby melongo melihat gitar itu disodorkan padanya. Apa yang harus ia petik ? Dari tadi kan ia sama sekali nggak merhatiin Bagas? Akhirnya Abby malah cari cara supaya bise ngeles lebih jauh.
"Lo contohin lagi deh, Gas. Gue masih rada-rada bingung." cengir Abby sambil menatap penuh arti.
"Ya udah biarin, entar sambil gue ajarin," Bagas balik meyakinkan Abby.
Melihat gitar itu sudah begitu dekat dengannya. Abby tambah kalut. Tiba-tiba, ide licik menghampiri otaknya.
Tangan Abby bergerak mengambil gitar itu. Jarinya malah sudah menyentuh dawai gitar. Tapi kemudian, ia mendongakkan kepalanya. Lalu menggerakkan bola matana ke arah pintu masuk Base Camp Destiny. Seolah melihat kedatangan seseorang dari sana. "Halo Bang Riva!"
Begitu Abby berteriak memanggil nama itu. Bagas jadi ikutan menoleh karena mengira manajer mereka itu benar-benar datang siang hari. Padahal, itu hanya akal bulus Abby untuk mengalihkan sebentar perhatian Bagas supaya bisa kabur.
Dan ketika Bagas menyadari kalau Abby berbohong. Cewek itu sudah lenyap dari hadapannya. Samar-samar ia mendengar tawa cekikikan seorang cewek dari lantai atas.
Bagas geleng-geleng kepala sambil tersenyum. Lalu, nggak sengaja cowok itu melihat BB Abby tergeletak di meja.
Tadinya, Bagas mengambil BB Abby karena ingin langsung menyerahkan ke pemiliknya. Tapi nggak sengaja, Bagas melihat layar smartphone itu menunjukkan BBM Abby dengan Abel. Dan saat itu pula, Bagas melotot melihat kalimat-kalimat percakapan yang tertera. Hatinya senang. Tapi juga resah.
Rosalia Abigail : Ngenes banget yah gue, Bel? Gue bahkan gg pnya kesempatan u/ ngasih tw Bagas ttg perasaan gue dengan kehadiran Kara. Gimana pun jga kan, gue nggak mau Kara sakit hati karena gue.
Abelia Manda : Yah.. iya jga sih ya. Klo lo jujur sma Bagas ttg perasaan lo. Pasti bkal ganggu hubungannya sma Kara lah. Gue bner2 buntu jga By, buat skrg. Tapi, lo sndiri maunya gmna ?
Rosalia Abigail : Gue pengennya ? Gue pngen Bagas sadar sma perasaan gue tnpa perlu gue blang ke dia lgsg.
Abelia Manda : Tanpa bilang lgsg ? Gimana caranya ?
Rosalia Abigail : Gmna aja, slalu ada jlan yg tak terduga kan ? ;)
Bagas bergumam dalam hati, Ya By, keinginan lo terkabul sekarang. Gue tahu tanpa lo bilang langsung. Dan gue pun juga sebenernya pengen ngucapin hal yang sama ke elo. Tapi, dengan Kara di samping gue sekarang. Apa yang harus gue perbuat ?