Remember When
Ketika kau dan aku jatuh cinta
Apa pun yang kau katakan, bagaimanapun kau menolaknya, cinta akan tetap berada di sana, menunggumu mengakui keberadaannya.
Bagi kita, senja selalu sempurna; bukankah sia-sia jika menggenapkan warnanya? Seperti kisahmu, kau dan dia, juga kisahku, aku dan lelakiku. Tak ada bagian yang perlu kita ubah. Tak ada sela yang harus kita isi. Bukankah takdir kita sudah jelas?
Lalu, saat kau berkata, "Aku mencintaimu", aku merasa senja tak lagi membawa cerita bahagia. Mungkinkah kata-katamu itu ambigu? Atau, aku saja yang menganggapnya terlalu saru?
"Aku mencintaimu," katamu. Mengertikah kau apa artinya? Mengertikah kau kalau kita tak pernah bisa berada dalam cerita yang sama, dengan senja yang sewarna?
Takdir kita sudah jelas. Kau, aku, tahu itu.
Review saya ini akan berkisar pada karakter tokohnya yah. Kalau masalah cerita, silahkan baca sendiri deh :p . Bagaimana semua tokoh yang ada sama-sama action untuk tujuan semua orang ; kebahagian. Bagaimana mereka berjuang, mempertahankan, memaafkan, dan melepaskan :)
Saya suka Freya, karena dia, mau mengorbankan perasaannya, perasaan yang nyatanya cinta pertama dia, karena dia gak pernah merasa begitu ke Moses. Demi kebahagian Gia, demi sebuah ungkapan maaf, dengan harapan kalau persahabatannya dengan Gia akan baik-baik aja.
Walau ironisnya, pada saat itu, Gia masih sulit untuk meminta maaf dan terlalu keukeuh untuk terus bisa milikin Adrian. Dan nggak mau lihat bagaimana Adrian dan Freya terluka.
Dan Moses? Aaaaw, dengan hebatnya, dia mau melepaskan Freya untuk Adrian. Bukan, bukan karena dia marah pada Freya karena memiliki perasaan pada Adrian diam-diam. Tapi, lebih karena ia marah pada dirinya sendiri karena nggak bisa membuat Freya jatuh cinta padanya.
“Aku menangis diam-diam di dalam mobil. Kenapa tidak bisa mencintaiku, Freya?”
(Halaman 189) .
Dan jelas, hatinya masih terus sakit hingga kelulusan tiba.
“Jauh di dasar hatiku, sejujurnya aku sadar…aku bukannya tidak bisa memaafkan dia karena tidak bisa menerima fakta bahwa dia sudah jatuh cinta pada sahabatku sendiri. Aku marah padanya karena dia tidak pernah mencintaiku. Marah pada diri sendiri karena aku tidak dapat membuatnya sayang padaku.”
Dan Moses sangat bijak untuk tidak memaksakan kehendaknya sendiri. Untuk tidak memaksa Freya, mau lagi mencoba mencintainya disaat perempuan itu masih mencintai Adrian. Moses nggak mau memenjarakan hati Freya yang jelas-jelas bukan untuknya jika ia tetap memaksa untuk terus pacaran dengan cewek itu.
“…hanya satu hal yang bisa ku perbuat. Memaafkan. Memaafkan diri sendiri, juga memafkan Freya dan Adrian.”
Hingga akhirnya, ternyata semua masalah yang terjadi sama sekali gak mempengaruhi Moses, lebih tepatnya, gak mempengaruhi nilai-nilainya. Disinilah saya rasa, perbedaan Moses dari cowok lain seumurannya terlihat. Dimana Moses sudah mempunyai tujuan, dan tahu apa yang dia inginkan, apa yang menjadi diri dia. Jadi, ia focus untuk terus mewujuskan cita-citanya.
“Sementara aku tetap meraih nilai keseluruhan terbaik, seakan hal-hal yang belakangan terjadi tidak berpegaruh pada konsentrasiku. Karena aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi.” (halaman 217)
Apa mungkin karena Moses sudah ‘lupa?’ J kata siapa? Dengan pernyataan ini ;
"Kenapa masih sulit melupakan walaupun sudah terluka?” (Halaman 218)
Bisa kita lihat kan, bahwa Moses pun sebenarnya masih terluka?
Betapa tegarnya Freya, karena dia kehilangan ketiga orang yang ia sayangi dengan kapasitasnya masing-masing. Adrian, karena ia harus merelakan perasaannya yang baru saja tumbuh demi persahabatannya dengan Gia. Yang ironisnya Gia malah terlalu naïf untuk memaafkan Freya dan terus mengacuhkannya. Dan Moses, cowok yang selalu mencintainya dengan caranya sendiri. Tapi, dibalik rasa kehilangannya yang begitu mendalam. Ia masih bisa berdiri, dan terus melangkah. Mengejar impiannya hingga tetap bisa masuk kedokteran UI.
Tapi well, Gia pun cukup bijkasana karena ahirnya dia mengerti. Bahwa terus-terusan ‘memaksa’ Adrian untuk mencintainya terus-menerus padahal jelas-jelas ada Freya di hati cowok itu. Untuk seorang Gia yang terbiasa dengan Adrian beserta impiannya untuk terus-menerus hidup dengan cowok itu. Tentu saja keputusan Gia untuk ‘melepaskan’ Adrian dan menghubungi Freya lagi, benar-benar tindakanyang luar biasa!
Dan ya, saya jatuh cinta pada girl talk yang terjadi antara Gia-Kylie. Yang membuat Gia sadar, bahwa selama ini ia terlalu egois.
“When you make decisions, you deal with consequences. Kamu memberikan segalanya untuk Adrian dengan tulus, jadi jangan mengharapkan timbal baliknya. Don’t blame it on him. Don’t expect anything in return.” (halaman 235)kata Kylie pada Gia saat itu. Yang telak membuat Gia sadar dan berpikir;
“Sebenarnya selama ini, aku berjuang untuk kebahagiaan siapa? Kebahagiaan Adrian, atau kebahagianku sendiri?”
Endingnya? Silahkan baca sendiri :p
Tapi yang pasti, ini happy-ending dengan gregetnya sendiri.
Dan satu hal lagi yang saya sadari dari kisah Adrian-Freya.
Bahwa menunggu dengan hati beserta cinta yang tulus, tidak pernah sia-sia. J
Happy reading bagi yang belum atau sedang atau akan baca !